Kamis, 04 Februari 2016

Mengenal Sosok Muhammad Luthfi bin Yahya (Habib Luthfi)

 http://elfazawa.blogspot.co.id/

Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (lahir di Kota Pekalongan, 10 November 1947; umur 68 tahun, tanggal lahirnya bertepatan dengan 27 Rajab 1367 H) adalah pendakwah (syekh) kelahiran Kota Pekalongan berkebangsaan Indonesia. Selain menjadi pendakwah, Habib Luthfi juga menjadi ketua MUI Jawa Tengah.

 Nasab Jalur Ibu

Dilahirkan dari seorang syarifah, yang memiliki nama dan nasab: sayidah al Karimah as Syarifah Nur binti Sayid Muhsin bin Sayid Salim bin Sayid al Imam Shalih bin Sayid Muhsin bin Sayid Hasan bin Sayid Imam ‘Alawi bin Sayid al Imam Muhammad bin al Imam ‘Alawi bin Imam al Kabir Sayid Abdullah bin Imam Salim bin Imam Muhammad bin Sayid Sahal bin Imam Abd Rahman Maula Dawileh bin Imam ‘Ali bin Imam ‘Alawi bin Sayidina Imam al Faqih al Muqadam bin ‘Ali Bâ Alawi.

Nasab Jalur Ayah

  • Nabi Muhammad SAW
  • Sayidatina Fathimah az-Zahra + Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
  • Imam Husein ash-Sibth
  • Imam Ali Zainal Abiddin
  • Imam Muhammad al-Baqir
  • Imam Ja’far Shadiq
  • Imam Ali al-Uraidhi
  • Imam Muhammad an-Naqib
  • Imam Isa an-Naqib ar-Rumi
  • Imam Ahmad Al-Muhajir
  • Imam Ubaidullah
  • Imam Alwy Ba’Alawy
  • Imam Muhammad
  • Imam Alwy
  • Imam Ali Khali Qasam
  • Imam Muhammad Shahib Marbath
  • Imam Ali
  • Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammd Ba’Alawy
  • Imam Alwy al-Ghuyyur
  • Imam Ali Maula Darrak
  • Imam Muhammad Maulad Dawileh
  • Imam Alwy an-Nasiq
  • Al-Habib Ali
  • Al-Habib Alwy
  • Al-Habib Hasan
  • Al-Imam Yahya Ba’Alawy
  • Al-Habib Ahmad
  • Al-Habib Syekh
  • Al-Habib Muhammad
  • Al-Habib Thoha
  • Al-Habib Muhammad al-Qodhi
  • Al-Habib Thoha
  • Al-Habib Hasan
  • Al-Habib Thoha
  • Al-Habib Umar
  • Al-Habib Hasyim
  • Al-Habib Ali
  • Al-Habib Muhammad Luthfi

Masa Pendidikan

Pendidikan pertama Maulana Habib Luthfi diterima dari ayah al Habib al Hafidz ‘Ali al Ghalib. Selanjutnya ia belajar di Madrasah Salafiah. Guru-gurunya di Madrasah itu di antaranya:
  • Al Alim al ‘Alamah Sayid Ahmad bin ‘Ali bin Al Alamah al Qutb As Sayid ‘Ahmad bin Abdullah bin Thalib al Athas
  • Sayid al Habib al ‘Alim Husain bin Sayid Hasyim bin Sayid Umar bin Sayid Thaha bin Yahya (pamannya sendiri)
  • Sayid al ‘Alim Abu Bakar bin Abdullah bin ‘Alawi bin Abdullah bin Muhammad al ‘Athas Bâ ‘Alawi
  • Sayid ‘Al Alim Muhammad bin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.
Muhammad Luthfi bin Yahya belajar di madrasahtersebut selama tiga tahun.

Perjalanan Ilmiah

Selanjutnya pada tahun 1959 M, ia melanjutkan studinya ke pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon. Kemudian Indramayu, Purwokerto dan Tegal. Setelah itu melanjutkan ke Mekah, Madinah dan dinegara lainnya. Ia menerima ilmu syari’ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama-ulama besar, wali-wali Allah yang utama, guru-guru yang penguasaan ilmunya tidak diragukan lagi.
Dari Guru-guru tersebut ia mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga ‘Am (umum) dalam Da’wah dan nasyru syari’ah (menyebarkan syari’ah), thariqah, tashawuf, kitab-kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid, tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab kedokteran. Dan ia juga mendapat ijazah untuk membai’at.

Silsilah Thariqah dan Baiat

Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya mengambil thariqah dan hirqah Muhammadiah dari para tokoh ulama. Dari guru-gurunya ia mendapat ijazah untuk membaiat dan menjadi mursyid. Di antara guru-gurunya itu adalah:
Thariqah Naqsyabandiah Khalidiyah dan Syadziliah al ‘Aliah
Dari Al Hafidz al Muhadits al Mufasir al Musnid al Alim al Alamah Ghauts az Zaman Sayidi Syekh Muhammad Ash’ad Abd Malik bin Qutb al Kabir al Imam al Alamah Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid
  • Sanad Naqsyabandiayah al Khalidiyah
Sayidi Syekh ash’ad Abd Malik dari bapaknya Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid dari Quth al Kabir Sayid Salaman Zuhdi dari Qutb al Arif Sulaiman al Quraimi dari Qutb al Arif Sayid Abdullah Afandi dari Qutb al Ghauts al Jami’ al Mujadid Maulana Muhammad Khalid sampai pada Qutb al Ghauts al Jami’ Sayidi Syah Muhammad Baha’udin an Naqsyabandi al Hasni.
  • Syadziliyah
Dari Sayidi Syekh Muhammad Ash’Ad Abd Malik dari al Alim al al Alamah Ahmad an Nahrawi al Maki dari Mufti Mekah-Madinah al Kabir Sayid Shalih al Hanafi ra.
Thariqah al ‘Alawiya al ‘Idrusyiah al ‘Atha’iyah al Hadadiah dan Yahyawiyah:
  • Dari al Alim al Alamah Qutb al Kabir al Habib ‘Ali bin Husain al ‘Athas.
  • Afrad Zamanihi Akabir Aulia al Alamah al habib Hasan bin Qutb al Ghauts Mufti al kabir al habib al Iamam ‘Utsman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya Bâ ‘Alawi.
  • Al Ustadz al kabir al Muhadits al Musnid Sayidi al Al Alamah al Habib Abdullah bin Abd Qadir bin Ahmad Bilfaqih Bâ ‘Alawi.
  • Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Ali bin Sayid Al Qutb Al Al Alamah Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.
  • Al Alim al Arif billah al Habib Hasan bin Salim al ‘Athas Singapura.
  • Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Umar bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim Bâ ‘Alawi.
Dari guru-guru tersebut ia mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah dan ijazah untuk baiat, talqin dzikir khas dan ‘Am.
Thariqah Al Qadiriyah an Naqsyabandiyah:
  • Dari Al Alim al Alamah tabahur dalam Ilmu syaria’at, thariqah, hakikat dan tashawuf Sayidi al Imam ‘Ali bin Umar bin Idrus bin Zain bin Qutb al Ghauts al Habib ‘Alawi Bâfaqih Bâ ‘Alawi Negara Bali. Sayid Ali bin Umar dari Al Alim al Alamah Auhad Akabir Ulama Sayidi Syekh Ahmad Khalil bin Abd Lathif Bangkalan. ra.
Dari kedua gurunya itu, al Habib Muhammad Luthfi mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah, talqin dzikir dan ijazah untuk bai’at talqin.
Jami’uthuruq (semua thariqat) dengan sanad dan silsilahnya:
Al Imam al Alim al Alamah al Muhadits al Musnid al Mufasir Qutb al Haramain Syekh Muhammad al Maliki bin Imam Sayid Mufti al Haramain ‘Alawi bin Abas al Maliki al Hasni al Husaini Mekah.
Darinya, Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah mursyid, hirqah, talqin dzikir, bai’at khas, dan ‘Am, kitab-kitab karangan syekh Maliki, wirid-wirid, hizib-hizib, kitab-kitab hadis dan sanadnya.
Thariqah Tijaniah:
  • Al Alim al Alamah Akabir Aulia al Kiram ra’su al Muhibin Ahli bait Sayidi Sa’id bin Armiya Giren Tegal. Kiyai Sa’id menerima dari dua gurunya; pertama Syekh’Ali bin Abu Bakar Bâsalamah. Syekh Ali bin Abu Bakar Bâsalamah menerima dari Sayid ‘Alawi al Maliki. Kedua Syekh Sa’id menerima langsung dari Sayid ‘Alawi al Maliki.
Dari Syekh Sa’id bin Armiya itu Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah, talqin dzikir, dan menjadi mursyid dan ijazah bai’at untuk khas dan ‘am.

Kegiatan-kegiatan

Bersama Habib Umar
  • Pengajian Thariqah tiap jum’at Kliwon pagi (Jami'ul Usul thariq al Aulia).
  • Pengajian Ihya Ulumidin tiap Selasa malam.
  • Pengajian Fath Qarib tiap Rabu pagi(husus untuk ibu-ibu)
  • Pengajian Ahad pagi, pengajian thariqah husus ibu-ibu.
  • Pengajian tiap bulan Ramadhan (untuk santri tingkat Aliyah).
  • Da’wah ilallah berupa umum di berbagai daerah di Nusantara.
  • Rangakain Maulid Kanzus (lebih dari 60 tempat) di kota Pekalongan dan daerah sekitarnya. Dan kegiatan lainnya.

Jabatan Organisasi

  • Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah.
  • Ketua Umum MUI Jawa Tengah, dll.

Peranan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam organisasi MATAN

Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah /MATAN adalah organisasi tarekat untuk kalangan mahasiswa yang diprakarsai oleh Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan, Ro'is 'am JATMAN (Jamiyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah) yang berafiliasi kepada organisasi Islam Nahdlatul Ulama.


Sumber : disini


Selasa, 02 Februari 2016

MAJLIS BABUL MUSTHOFA - Album Aini Part 2

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Pada postingan kali ini saya akan berbagi sholawat mp3 dari  Group  "Babul Musthofa". atau biasa disebut dengan nama BBM  yang berasal dari Pekalongan Jawa Tengah. Album aini part 2 / BBM vol 2 ini di resmikan launching pada tanggal 9 april di MAJLIS BABUL MUSTHOFA KARANGDADAP PEKALONGAN.



Mungkin dari kalian sudah ada yang mempunyai koleksi mp3 BBM vol 2 dari situs yang lain.

Tapi bagi kamu yang belim punya koleksi mp3 nya, atau ada yang kurang koleksinya, kamu bisa download disini.

Inilah koleksi Mp3 Album Babul Musthofa Vol 2 :

1.Ya Ayyuha Ahlunnuha - Download
2.Ahmad Ya Habibi New- Download
3.Ya Imamarusli New -Download
4.Dilluni - Download
5.Ilaika - Download
6.Maulayasholli (Barokallah) - Download
7.Salamun-salamun - Download
8.Khoirol Bariyyah - Download



Sekian dari saya . Semoga bermanfaat

Wassalamualaikum Wr. WB



Sumber : Di sini


Al Munsyidin Vol.17 New album Birrul Walidain

Hai Sobat Al Munsyiders..!
Kali ini Saya akan share mp3 Al Munsyidin vol.17 New album birrul walidain

untuk videonya bisa beli vcd/kasetnya atau bisa juga liat di youtube..






  
 

 
Link Downlodnya..
1. Al Hijrotu 2 - Download
2. Al Kawakib - Download
3. Ilahi lastu lil Firdaus - Download
4. Miftahul Jannah - Download
5. Qod Kafani - Download
6. Syaikhona - Download
7. Tibbil Qulub - Download
8. Yaa Habibal Qalb - Download

Sekian dan terima Kasih atas Kunjunganya..

 Bonus : Al Munsyidin Feat Habib Hasyem - Versi Ghazal Koplo



Sumber : Di Sini


Album Al Munsyidin - Ainul Uyuni

album ainul uyuni, al munsyidin, kumpulan sholawat, sholawat mp3, download sholawat, sholawat terbaru, musik islami

Album Al Munsyidin - Ainul Uyuni

Al Munsyidin Pekalongan merupakan grup yang sudah sangat populer di kota Pekalongan. Lagu - lagunya pun enak didengar. Variasi - variasi terbangnya pun sangat bagus dan tertata rapi. Sangat cocok bagi para remaja yang sedang latihan variasi.

Silahkan download lagunya melalui link download di bawah ini:

Download Album Al Munsyidin - Ainul Uyuni

Sumber  : Di sini


Kumpulan Qosidah Ahbabul Musthofa Bangkalan Terbaru


Minggu, 31 Januari 2016

Biografi dan Pengajian KH. Sya'roni MP3

Assalamualaikum
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam
Sholawat salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW
Amma Ba'du
Dengan kerendahan hati kami haturkan sebuah biografi KH. Sya'roni Ahmadi Kudus
Semoga bermanfaat


KH. Sya'roni Ahmadi
  KH. Sya’roni terlahir dari keluarga santri, sejak kecil beliau dikenal sebagai anak yang gandrung mengkaji agama, mulai dari al-Qur’an sampai tauhid, fikih, tasawuf dan sebagainya. Meskipun berasal dari keluarga dari ekonomi pas-pasan, terbukti beliau rajin mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di kota Kudus dan sekitarnya. Sosok Kyai Sya’roni kecil termasuk anak yang cerdas. Pada usia 11 tahun sudah hafal kitab Alfiyah Ibnu Malik bahkan hafal al-Qur’an pada usianya yang ke-14.

Kyai Sya’roni merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Beliau ditinggalkan ibundanya semenjak kecil tepatnya ketika berusia 8 tahun. Sepeninggal ibunya Kyai Sya’roni di asuh oleh sang ayah. Namun masa ini pun tidak berlangsung lama. Karena menginjak usiannya yang ke 13 tahun, Kyai Sya’roni ditinggal oleh ayahnya.
Pada tingkatan Pendidikan formalnya, Kyai Sya’roni pernah melewati Pendidikan di Madrasah Diniyah Mu’awanah di Madrasah Ma’ahid lama (pada masa KH. Muchit). Sedangkan pada Pendidikan non formalnya, beliau belajar banyak dari satu tempat ke tempat lain. Untuk belajar al-Qur’an (menghafal al-Qur’an) utamanya Qira’ah Sab’ah beliau berguru kepada KH. Arwani Amin Kudus yang mengasuh Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an. Beliau juga sempat berguru kepada KH. Turmudzi, KH. Asnawi, KH. Turaikhan Ajjuhri dan lain-lain.
Kyai Sya’roni banyak dikenal sebagai sosok yang menguasai ilmu agama secara interdisipliner, dalam hal ini Kyai Sya’roni tidak hanya mahir dalam ilmu tafsir, tetapi juga dalam ushul al-fiqh, fikih, mantiq, balaghah dan sebagainya. Dalam hal al-Qur’an, beliau tidak hanya pandai membacanya namun juga pintar melagukannya bahkan beliau menjadi Dewan Musabaqah Tilawatil al-Qur’an (MTQ) tingkat nasional.
Setelah sekian lama bergumul dengan ilmu dan pengajian-pengajian, Kyai Sya’roni akhirnya menikah pada tahun 1962. Beliau menyunting seorang gadis bernama Afifah. Dari pernikahan itu beliau dianugerahi 8 anak putra, 2 anak laki-laki dan 6 anak perempuan.
Model dan Strategi Dakwah
KH. Syaroni Ahmadi bersama KH. Abdurrahman Wahid
Kyai Sya’roni mulai berdakwah di masyarakat dalam usianya yang sangat muda. Dalam melaksanakan Dakwah Islamiyah ini, Kyai Sya’roni menggunakan dua model. Pertama yakni model Dakwah di Masjid-masjid atau di sebuah rumah warga yang dijadikan tempat untuk mengaji; kedua adalah Pengajian Umum atau Tabligh Akbar.
Metode pertama ini biasanya dipakai dan dikonsumsi oleh masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Pengajian yang dilakukan sudah ditetapkan jadwalnya dan proses pengajarannya pun dilakukan secara berkesinambungan. Sedang model kedua biasanya dipakai untuk berdakwah di luar daerah. Hal ini karena di samping masalah waktu yang tidak memungkinkan untuk berdakwah dengan model pertama juga terkadang karena permintaan dari penduduk setempat.
Dalam melakukan Dakwah Islamiyah, sekitar tahun 1960 sampai 1970-an, Kyai Sya’roni dikenal sebagai tokoh yang sangat keras. Apalagi saat itu adalah masa-masa meruyaknya ideologi komunisme yang dilancarkan PKI.
Gaya ini selalu dipakai Kyai Sya’roni dalam berbagai kesempatan karena keadaan waktu itu mengandaikan demikian. Baik ketika khutbah maupun pengajian umum atau tabligh akbar beliau selalu tampil dengan mengambil hukum yang tegas ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat (waqi’iyyah). Konon, gaya seperti ini sering dipakai KH. Turaikhan dalam berdakwah.
Namun, sekitar periode 1980-an, Kyai Sya’roni mulai banting setir. Gaya dakwah yang selama ini dilakukan dengan nada keras dirubah total dengan memakai gaya yang melunak. Perubahan gaya dalam berdakwah ini dilakukan dengan pendekatan komparatif yakni merujuk kepada pergeseran masyarakat dari waktu ke waktu serta logika kebutuhan masyarakat yang tiap saat berubah. Karena masyarakat dari waktu ke waktu berubah maka metode berdakwah pun mesti berubah
Latar Politik
Kyai Sya’roni pada zaman penjajahan Belanda sempat terlibat dalam Perang-perang gerilya dalam rangka pengusiran Belanda dari muka bumi Indonesia. Tahun 1965 yakni masa pemberontakan PKI Kyai Sya’roni juga merupakan salah seorang yang menjadi target operasi yang dilakukan oleh PKI. Hal ini karena Kyai Sya’roni merupakan sosok yang rajin berkampanye dan membuat pengajian-pengajian. Kyai Sya’roni dengan tegas menolak ideologi komunisme PKI.
Dalam konteks kepartaian, pada tahun 1955-an Kyai Sya’roni merupakan sosok yang rajin berkampanye untuk Partai NU. Sampai dengan tahun 1970-an Kyai Sya’roni juga sering terlibat aktif dalam Partai NU sampai akhirnya NU mengambil keputusan kembali ke Khittah 1926 dalam Muktamar Situbondo tahun 1984. Dan beliau merupakan orang NU yang mendukung kembali khittah NU 1926. Adapun pasca khittah NU Kyai Sya’roni juga sempat terlibat di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun beliau hanya bermain di belakang layar dan tidak berada di garis struktural kepartaian. Beliau cenderung mengambil posisi netral.
Langkah ini menjadikan Kyai Sya’roni mampu diterima oleh semua kalangan. Hubungan dengan Pemerintah Daerah yang waktu itu didominasi oleh Golkar tetap terjaga dengan baik. Ditambah lagi dengan pembawaan beliau yang lunak dan halus. Baliau juga sangat menghindari kepentingan Partai dalam setiap pengajian yang dilakukan. Kegiatan kultural Kyai Sya’roni pun tetap berjalan dengan baik. Bahkan beliau menjadi sosok yang disegani, baik oleh Pemerintah Daerah maupun kelompok-kelompok yang lain.
Karya – Karya
Kyai Sya’roni merupakan sosok yang bukan hanya pandai membaca kitab dan berpidato, namun beliau juga tergolong produktif dalam berkarya. Tercatat beliau kerap menulis, men-syarah dan men-terjemah beberapa kitab yang digunakan untuk mengajar. Kitab-kitab tersebut banyak dikonsumsi oleh Madrasah-Madrasah di kota Kudus. Adapun karya-karya tersebut adalah :
1.       Al-Faraid al-Saniyah
Kitab ini banyak mengupas tentang doktrin ahlusunnah wal jama’ah. Penyusunan kitab ini konon diilhami oleh kitab Bariqat al-Muhammadiyah ‘ala Tariqat al-Ahmadiyah milik KH. Muhammadun Pondowan, Tayu, Pati yang saat itu rajin berpidato dan mengisi pengajian untuk menolak gerakan Muhammadiyah di kota Kudus. Kiai Sya’roni menulis kitab ini selama kurang lebih dua tahun.
2.      Faidl al-Asany
Kitab ini terbagi ke dalam tiga juz dan banyak membahas tentang Qira’ah al-Sab’iyyah.
3.      Al-Tashrih al-Yasir fi ‘ilmi al-Tafsir
Kitab ini banyak mengupas tentang tafsir al-Qur’an mulai dari pembacaan, lafal-lafalnya, sanad, arti-arti yang berhubungan dengan hukum dan sebagainya. Kitab setebal 79 halaman ini ditulis pada tahun 1972 M/1392 H
4.      Tarjamah Tarsil al-Turuqat
Kitab ini membahas ilmu manthiq
5.      Tarjamah al-Ashriyyah
Kitab ini membahas ilmu Ushul al-Fiqh yang banyak mengupas tentang lafadz ‘amm dan khas, mujmal dan mubayyan, ijma, qiyas dan sebagainya. Kitab ini disusun pada hari ahad siang tanggal 29 Juni 1986 M/21 Syawal 1406 H
6.      Qira’ah al-Ashriyyah
Kitab ini terdiri dari tiga juz. Penyusunan kitab ini dimaksudkan, sebagaimana penuturan kiai Sya’roni, untuk memudahkan para santri atau para siswa dalam mempelajari kitab kuning.
Di Kudus, Kyai Sya’roni telah memberikan banyak hal. Tradisi santri yang sekarang ini lekat dengan Masyarakat Kudus rasanya tak bisa dilepaskan dari jasa beliau. Pengajian rumahan atau di Masjid-masjid seperti di Masjid al-Aqsa Menara Kudus masih rutin dijalankan. Pengajian tersebut diantaranya adalah membaca al-Qur’an dan tafsir al-Qur’an. Adapun waktunya ba’da subuh sampai pukul 07.00 pagi. Dalam setiap pengajiannya, Kyai Sya’roni juga mampu men-setting iklim toleransi antara beberapa kelompok yang ada, sebut saja kaum Nahdliyyin dan Muhammadiyah.
Dalam bidang pengembangan fisik, Kyai Sya’roni banyak memberikan jasa dalam mengembangkan Madrasah-madrasah di kota Kudus, seperti Madrasah Banat NU, Muallimat, Qudsiyyah, Tasywiq at-Thullab as-Salafiyah (TBS), dan Madrasah Diniyah Kradenan Kudus. Kyai Sya’roni juga tercatat sebagai Penasehat Rumah Sakit Islam YAKIS Kudus, Mustasyar PCNU Kudus, Mustasyar PBNU Pusat, Penasehat Yayasan Arwaniyyah. Beliau juga mengisi Pengajian rutin tiap Ahad pagi di Masjid Jama’ah Haji Kudus (JHK). Dan masih banyak lagi peran-peran beliau di Masyarakat.
Mudah-mudahan Allah swt. senantiasa menjaga dan memberikan umur panjang serta kesehatan kepada beliau. Amiin Ya Robbal ‘Alamin

Sumber : disini

Berikut pengajian dari beliau KH. Sya'roni Ahmadi dalam format MP3 yang diselenggarakan setiap Jum'at pagi di Masjid Al Aqsho Menara Kudus
Inilah filenya :
  • Surat Al Anbiya'
  1. S.Al-Anbiya01-06
  2. .S.Al-Anbiya ayat 07 s/d 10 
  3. S.Al-Anbiya ayat 11 s/d 16 
  4. S.Al-Anbiya17-24
  5. S.Al-Anbiya ayat 25-29 
  6. S.Al-Anbiya ayat 30-33 
  7. S.Al-Anbiya ayat 34 - 40 
  8. S.Al-Anbiya ayat 41 - 50 
  9. S.Al-Anbiya ayat 51-67 
  10. S.Al-Anbiya ayat 68-71 
  11. S.Al-Anbiya ayat 72-77 
  12. S.Al-Anbiya ayat 78-82 
  13. S.Al-Anbiya ayat 83-86 
  14. S.Al-Anbiya ayat 87-90 
  15. S.Al-Anbiya ayat 91-94 
  16. S.Al-Anbiya ayat 95-103 
  17. S.Al-Anbiya ayat 104-106 
  18. S.Al-Anbiya ayat 107-106 
  •  Surat Al Isra'
  1. S.Al-Isra-1-6
  2. S.Al-Isra-7-8
  3. S.Al-Isra-9-12
  4. S.Al-Isra-13-15
  5. S.Al-Isra-16-21
  6. S.Al-Isra-22-24
  7. S.Al-Isra-25-30
  8. S.Al-Isra-31-34 
  9. S.Al-Isra-35-39
  10. S.Al-Isra-40-44
  11. S.Al-Isra-45-50  
  •  Surat Al Mu'minun
  1. S.Al-Mukminun-1-11
  2. S.Al-Mukminun-12-16
  3. S.Al-Mukminun-17-22
  4. S.Al-Mukminun-23-27
  5. S.Al-Mukminun-28-42
  6. S.Al-Mukminun-43-44
  7. S.Al-Mukminun-45-49
  8. S.Al-Mukminun-50-52
  9. S.Al-Mukminun-53-61
  10. S.Al-Mukminun-62-67
  11.  S.Al-Mukminun-68-71
  12. S.Al-Mukminun-76-78
  13. S.Al-Mukminun-79-83
  14. S.Al-Mukminun-84-92
  15. S.Al-Mukminun-93-98


Biografi Imam Asy-Syafi`i Imam Ahlus Sunnah

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesungguhnya Allah telah mentakdirkan pada setiap seratus tahun ada seseorang yang akan mengajarkan Sunnah dan akan menyingkirkan para pendusta terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kami berpendapat pada seratus tahun yang pertama Allah mentakdirkan Umar bin Abdul Aziz dan pada seratus tahun berikutnya Allah menakdirkan Imam Asy-Syafi`i”.
NASAB BELIAU
Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syaafi’ bin As-Saai’b bin ‘Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al- Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pada Abdu Manaf, sedangkan Al-Muththalib adalah saudaranya Hasyim (bapaknya Abdul Muththalib).
TAHUN DAN TEMPAT KELAHIRAN
Beliau dilahirkan di desa Gaza, masuk kota ‘Asqolan pada tahun 150 H. Saat beliau dilahirkan ke dunia oleh ibunya yang tercinta, bapaknya tidak sempat membuainya, karena ajal Allah telah mendahuluinya dalam usia yang masih muda. Lalu setelah berumur dua tahun, paman dan ibunya membawa pindah ke kota kelahiran nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, Makkah Al Mukaramah.
PERTUMBUHANNYA
Beliau tumbuh dan berkembang di kota Makkah, di kota tersebut beliau ikut bergabung bersama teman-teman sebaya belajar memanah dengan tekun dan penuh semangat, sehingga kemampuannya mengungguli teman-teman lainnya. Beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam bidang ini, hingga sepuluh anak panah yang dilemparkan, sembilan di antaranya tepat mengenai sasaran dan hanya satu yang meleset.
Setelah itu beliau mempelajari tata bahasa arab dan sya’ir sampai beliau memiliki kemampuan yang sangat menakjubkan dan menjadi orang yang terdepan dalam cabang ilmu tersebut. Kemudian tumbuhlah di dalam hatinya rasa cinta terhadap ilmu agama, maka beliaupun mempelajari dan menekuni serta mendalami ilmu yang agung tersebut, sehingga beliau menjadi pemimpin dan Imam atas orang-orang
KECERDASANNYA
Kecerdasan adalah anugerah dan karunia Allah yang diberikan kepada hambanya sebagai nikmat yang sangat besar. Di antara hal-hal yang menunjukkan kecerdasannya:
1. Kemampuannya menghafal Al-Qur’an di luar kepala pada usianya yang masih belia, tujuh tahun.
2. Cepatnya menghafal kitab Hadits Al Muwathta’ karya Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin Anas pada usia sepuluh tahun.
3. Rekomendasi para ulama sezamannya atas kecerdasannya, hingga ada yang mengatakan bahwa ia belum pernah melihat manusia yang lebih cerdas dari Imam Asy-Syafi`i.
4. Beliau diberi wewenang berfatawa pada umur 15 tahun.
Muslim bin Khalid Az-Zanji berkata kepada Imam Asy-Syafi`i: “Berfatwalah wahai Abu Abdillah, sungguh demi Allah sekarang engkau telah berhak untuk berfatwa.”
MENUNTUT ILMU
Beliau mengatakan tentang menuntut ilmu, “Menuntut ilmu lebih afdhal dari shalat sunnah.” Dan yang beliau dahulukan dalam belajar setelah hafal Al-Qur’an adalah membaca hadits. Beliau mengatakan, “Membaca hadits lebih baik dari pada shalat sunnah.” Karena itu, setelah hafal Al-Qur’an beliau belajar kitab hadits karya Imam Malik bin Anas kepada pengarangnya langsung pada usia yang masih belia.
GURU-GURU BELIAU
Beliau mengawali mengambil ilmu dari ulama-ulama yang berada di negerinya, di antara mereka adalah:
1. Muslim bin Khalid Az-Zanji mufti Makkah
2. Muhammad bin Syafi’ paman beliau sendiri
3. Abbas kakeknya Imam Asy-Syafi`i
4. Sufyan bin Uyainah
5. Fudhail bin Iyadl, serta beberapa ulama yang lain.
Demikian juga beliau mengambil ilmu dari ulama-ulama Madinah di antara mereka adalah:
1. Malik bin Anas
2. Ibrahim bin Abu Yahya Al Aslamy Al Madany
3.Abdul Aziz Ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Ismail bin Ja’far dan Ibrahim bin Sa’ad serta para ulama yang berada pada tingkatannya
Beliau juga mengambil ilmu dari ulama-ulama negeri Yaman di antaranya;
1.Mutharrif bin Mazin
2.Hisyam bin Yusuf Al Qadhi, dan sejumlah ulama lainnya.
Dan di Baghdad beliau mengambil ilmu dari:
1.Muhammad bin Al Hasan, ulamanya bangsa Irak, beliau bermulazamah bersama ulama tersebut, dan mengambil darinya ilmu yang banyak.
2.Ismail bin Ulayah.
3.Abdulwahab Ats-Tsaqafy, serta yang lainnya.
MURID-MURID BELIAU
Beliau mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling menonjol adalah:
1. Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin.
2. Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani
3. Ishaq bin Rahawaih,
4. Harmalah bin Yahya
5. Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
6. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.
KARYA BELIAU
Beliau mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu beliau banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan beliau pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam bidang fiqih, beliau menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga beliau menulis kitab Jima’ul Ilmi.
PUJIAN ULAMA PARA ULAMA KEPADA BELIAU
Benarlah sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam,
“Barangsiapa yang mencari ridha Allah meski dengan dibenci manusia, maka Allah akan ridha dan akhirnya manusia juga akan ridha kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi 2419 dan dishashihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ 6097).
Begitulah keadaan para Imam Ahlus Sunnah, mereka menapaki kehidupan ini dengan menempatkan ridha Allah di hadapan mata mereka, meski harus dibenci oleh manusia. Namun keridhaan Allah akan mendatangkan berkah dan manfaat yang banyak. Imam Asy-Syafi`i yang berjalan dengan lurus di jalan-Nya, menuai pujian dan sanjungan dari orang-orang yang utama. Karena keutamaan hanyalah diketahui oleh orang-orang yang punya keutamaan pula.
Qutaibah bin Sa`id berkata: “Asy-Syafi`i adalah seorang Imam.” Beliau juga berkata, “Imam Ats-Tsauri wafat maka hilanglah wara’, Imam Asy-Syafi`i wafat maka matilah Sunnah dan apa bila Imam Ahmad bin Hambal wafat maka nampaklah kebid`ahan.”
Imam Asy-Syafi`i berkata, “Aku di Baghdad dijuluki sebagai Nashirus Sunnah (pembela Sunnah Rasulullah).”
Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Asy-Syafi`i adalah manusia yang paling fasih di zamannya.”
Ishaq bin Rahawaih berkata, “Tidak ada seorangpun yang berbicara dengan pendapatnya -kemudian beliau menyebutkan Ats-Tsauri, Al-Auzai, Malik, dan Abu Hanifah,- melainkan Imam Asy-Syafi`i adalah yang paling besar ittiba`nya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, dan paling sedikit kesalahannya.”
Abu Daud As-Sijistani berkata, “Aku tidak mengetahui pada Asy-Syafi`i satu ucapanpun yang salah.”
Ibrahim bin Abdul Thalib Al-Hafidz berkata, “Aku bertanya kepada Abu Qudamah As-Sarkhasi tentang Asy-Syafi`i, Ahmad, Abu Ubaid, dan Ibnu Ruhawaih. Maka ia berkata, “Asy-Syafi`i adalah yang paling faqih di antara mereka.”
PRINSIP AQIDAH BELIAU
Imam Asy-Syafi`i termasuk Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, beliau jauh dari pemahaman Asy’ariyyah dan Maturidiyyah yang menyimpang dalam aqidah, khususnya dalam masalah aqidah yang berkaitan dengan Asma dan Shifat Allah subahanahu wa Ta’ala.
Beliau tidak meyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat makhluk, juga tidak menyepadankan, tidak menghilangkannya dan juga tidak mentakwilnya. Tapi beliau mengatakan dalam masalah ini, bahwa Allah memiliki nama dan sifat sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kepada umatnya. Tidak boleh bagi seorang pun untuk menolaknya, karena Al-Qur’an telah turun dengannya (nama dan sifat Allah) dan juga telah ada riwayat yang shahih tentang hal itu. Jika ada yang menyelisihi demikian setelah tegaknya hujjah padanya maka dia kafir. Adapun jika belum tegak hujjah, maka dia dimaafkan dengan bodohnya. Karena ilmu tentang Asma dan Sifat Allah tidak dapat digapai dengan akal, teori dan pikiran. “Kami menetapkan sifat-sifat Allah dan kami meniadakan penyerupaan darinya sebagaimana Allah meniadakan dari diri-Nya. Allah berfirman,
“Tidak ada yang menyerupaiNya sesuatu pun, dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dalam masalah Al-Qur’an, beliau Imam Asy-Syafi`i mengatakan, “Al-Qur’an adalah kalamulah, barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk maka dia telah kafir.”
PRINSIP DALAM FIQIH
Beliau berkata, “Semua perkataanku yang menyelisihi hadits yang shahih maka ambillah hadits yang shahih dan janganlah taqlid kepadaku.”
Beliau berkata, “Semua hadits yang shahih dari Nabi shalallahu a’laihi wassalam maka itu adalah pendapatku meski kalian tidak mendengarnya dariku.”
Beliau mengatakan, “Jika kalian dapati dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam maka ucapkanlah sunnah Rasulullah dan tinggalkan ucapanku.”
SIKAP IMAM ASY-SYAFI`I TERHADAP AHLUL BID’AH
Muhammad bin Daud berkata, “Pada masa Imam Asy-Syafi`i, tidak pernah terdengar sedikitpun beliau bicara tentang hawa, tidak juga dinisbatkan kepadanya dan tidakdikenal darinya, bahkan beliau benci kepada Ahlil Kalam dan Ahlil Bid’ah.”
Beliau bicara tentang Ahlil Bid’ah, seorang tokoh Jahmiyah, Ibrahim bin ‘Ulayyah, “Sesungguhnya Ibrahim bin ‘Ulayyah sesat.”
Imam Asy-Syafi`i juga mengatakan, “Menurutku, hukuman ahlil kalam dipukul dengan pelepah pohon kurma dan ditarik dengan unta lalu diarak keliling kampung seraya diteriaki, “Ini balasan orang yang meninggalkan kitab dan sunnah, dan beralih kepada ilmu kalam.”
PESAN IMAM ASY-SYAFI`I
“Ikutilah Ahli Hadits oleh kalian, karena mereka orang yang paling banyak benarnya.”
WAFAT BELIAU
Beliau wafat pada hari Kamis di awal bulan Sya’ban tahun 204 H dan umur beliau sekita 54 tahun (Siyar 10/76). Meski Allah memberi masa hidup beliau di dunia 54 tahun, menurut anggapan manusia, umur yang demikian termasuk masih muda. Walau demikian, keberkahan dan manfaatnya dirasakan kaum muslimin di seantero belahan dunia, hingga para ulama mengatakan, “Imam Asy-Syafi`i diberi umur pendek, namun Allah menggabungkan kecerdasannya dengan umurnya yang pendek.”
KATA-KATA HIKMAH IMAM ASY-SYAFI`I
“Kebaikan ada pada lima hal: kekayaan jiwa, menahan dari menyakiti orang lain, mencari rizki halal, taqwa dan tsiqqah kepada Allah. Ridha manusia adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai, tidak ada jalan untuk selamat dari (omongan) manusia, wajib bagimu untuk konsisten dengan hal-hal yang bermanfaat bagimu”.

Syair terakhir Imam Syafi'i : Ilaika






Sumber : disini